Tuesday, May 21, 2013

Lahirnya Sang Putra Ka'bah



Lahirnya  Sang Putra Ka’Bah

Dinding Ka’bah telah terbuka...

Fatimah binti Asad yang mulia, memasukinya...

Abbas dan semua orang terkesima...

Saat belahan pada dinding itu, menutup bagai semula.

 

Kepanikan luar biasa membahana...

Saat pintu Ka’bah, tak jua mau terbuka...

Yang terjadi, hanya duduk menanti berita...

Tiga hari lamanya, gelisah mengusik jiwa...

 

Saat belahan dinding yang sama kembali terbuka...

Tampaklah wanita bidadari,istri paman Nabi, menggendong cahaya...

Bayi mungil nan rupawan tak terkira...

Disambut bahagia, oleh Rasulullah sepupunya...

 

 

 

Inilah, pintu kota ilmunya

Inilah, pahlawan yang kan membelanya...

Inilah ia, yang akan menolongnya...

Inilah, ksatria pendampingnya....

 

Inilah ia penerusnya...

Yang kan meneruskan menjaga Agama yang dibawanya...

 

Inilah Ali, yang  saat Rasul menyeru segera menyambut....

Inilah Ali, yang di Khandaq, kan jatuhkan Amr bin Abdi Wud...

Inilah ALI, yang tak kan mundur meski sendirian di Uhud...

Inilah Ali, yang kan tundukkan Khaibar dan kalahkan Yahud...

 

30 tahun setelah tahun gajah, Beliau lahir dalam Ka’bah...

Tak siapapun, sebelum maupun  sesudah, Mendapat kehormatan sepertinya...

Allah jadikan ini suatu tanda...

Bahwa ALLAH memuliakannya...

 

Allhumma shalli ala Muhammad wa aali Muhammad

Monday, May 20, 2013

Raja dan Sang Pemberani Kecil



Raja Dan Sang Pemberani Kecil

“Hei awas!” teriak seorang anak menyeruak keramaian dan berlari menepi ke pinggir jalan.
“Biarkan aku lewat! “ anak yang lain panik melompati kawannya yang terjatuh-jatuh kebingungan.
Seorang lagi menepi ketakutan di teras sebuah rumah.

Anak-anak kecil yang sedang bermain di jalanan kota Baghdad itu sontak bubar dan berlarian mendengar derap kaki kuda rombongan Khalifah Makmun ar-Rasyid.

Makmun ar-Rasyid adalah salah satu Khalifah dari Bani Abbas. Seperti biasa, jika rombongan pembesar kerajaan lewat maka jalanan harus diperuntukkan bagi mereka saja. Pengguna jalan yang lain harus mundur dan menepi menunggu hingga seluruh rombongan lewat.

Kali ini terdapat sesuatu yang janggal,semua orang sudah menepi, namun seorang anak tetap berada pada tempatnya dan tidak bergeming.

Khalifah Makmun berhenti. Ia perhatikan anak kecil yang berada di hadapannya,rupawan dan tegap.

“Anak muda, mengapa kau tak lari dan menepi seperti anak-anak yang lain?” tanyanya.

“ Bukankah saya tidak melakukan kejahatan apapun? Saya juga tidak menghalangi jalan anda. Lagipula saya percaya kalau anda tidak perlu melakukan sesuatu yang akan mencelakai saya karena saya tidak menghalangi jalan anda.” Anak kecil itu menjawab dengan tenang.

Hal ini mengejutkan Makmun. Siapakah anak kecil  ini,bagaimana ia sama sekali tidak takut padanya dan rombongan prajuritnya?pikirnya.

“Siapa namamu?”tanyanya  penasaran.

“Muhammad.” Jawab anak kecil tersebut.

“ Putra siapakah engkau?”
“ Aku putra Imam Ali ar-Ridho.”  kembali ia menjawab mantap.

Makmun terkesima mendengar jawaban  mantap dari Muhammad kecil  itu. Ia menatap Muhammad beberapa saat, kemudian meneruskan perjalanan untuk berburu tanpa berkata apa-apa lagi.

Makmun  mempunyai seekor elang yang handal dalam menangkap mangsa. Sewaktu berburu, Makmun melepaskan elangnya. Elang itu terbang dan menghilang. Sesaat kemudian burung itu kembali dengan membawa ikan kecil yang masih hidup di paruhnya. Burung itu menyerahkan hasil tangkapannya pada Makmun.

Saat melihat ikan kecil menggelepar di tangannya,terbersit dalam pikiran Makmun untuk  menggunakan ikan tersebut guna menguji kehebatan anak pemberani yang tadi ditemuinya.

Segera rombongan bersiap melakukan perjalanan kembali ke kota. Sesampai di kota Baghdad, kejadian yang hampir sama terulang. Semua orang termasuk anak-anak kecil yang sedang bermain berhamburan,kecuali seorang anak yang tadi mengatakan namanya adalah Muhammad putra Imam Ali ar-Ridha.

Rombongan berkuda yang berderap-derap seketika turut berhenti saat Makmun menghentikan tunggangannya di dekat  tempat  Muhammad kecil berdiri.

Makmun menyembunyikan ikan kecil dalam genggaman telapak tangannya. Ia mendekati Muahmmad  dan  menatap tajam wajah tampan putra Imam Ali ar-Ridho a.s. itu.

” Katakan, apa yang ada dalam genggamanku?” katanya.

 Yang ditatap balas menatap tanpa takut atau gemetar sedikitpun, meski ia tahu, yang berdiri dihadapannya adalah Raja yang ditakuti seluruh penduduk.

“Allah telah menciptakan ikan kecil di sungai, Elang milik Raja suatu hari datang dan menangkapnya lalu membawa ikan itu pada sang Raja. Raja  menyembunyikan ikan tersebut dalam genggamannya, kemudian ia bertanya kepada salah satu anggota Ahlul Bayt Nabi,katakan,apa yang ada dalam genggamanku.

Makmun sungguh terpana mendengar jawaban yang sempurna itu,“ Sungguh layak jika kau adalah putra Imam Ali ar-Ridho!”ucapnya. ia menjadi  yakin bahwa yang berdiri dihadapannya adalah penerus keimamaham Imam Ali ar-Ridho as.

Semenjak saat itu, Makmun mulai berusaha untuk selalu mendekati  Muhammad kecil yang adalah  Imam Muhammad al- Jawad as. Di hadapan umum ia berpura-pura bersikap baik pada Imam Muhammad al-Jawwad as. agar rakyat yang mencintai Imam mendukungnya dan tidak memberontak kepadanya. Semua ia lakukan demi kepentingan langgengnya kekuasaan Bani Abbasiyah.