Raja Dan Sang Pemberani
Kecil
“Hei awas!” teriak seorang anak menyeruak keramaian dan
berlari menepi ke pinggir jalan.
“Biarkan aku lewat! “ anak yang lain panik melompati kawannya
yang terjatuh-jatuh kebingungan.
Seorang lagi menepi ketakutan di teras sebuah rumah.
Anak-anak kecil yang sedang bermain di jalanan kota Baghdad
itu sontak bubar dan berlarian mendengar derap kaki kuda rombongan Khalifah
Makmun ar-Rasyid.
Makmun ar-Rasyid adalah salah satu Khalifah dari Bani Abbas.
Seperti biasa, jika rombongan pembesar kerajaan lewat maka jalanan harus
diperuntukkan bagi mereka saja. Pengguna jalan yang lain harus mundur dan
menepi menunggu hingga seluruh rombongan lewat.
Kali ini terdapat sesuatu yang janggal,semua orang sudah
menepi, namun seorang anak tetap berada pada tempatnya dan tidak bergeming.
Khalifah Makmun berhenti. Ia perhatikan anak kecil yang
berada di hadapannya,rupawan dan tegap.
“Anak muda, mengapa kau tak lari dan menepi seperti
anak-anak yang lain?” tanyanya.
“ Bukankah saya tidak melakukan kejahatan apapun? Saya juga
tidak menghalangi jalan anda. Lagipula saya percaya kalau anda tidak perlu
melakukan sesuatu yang akan mencelakai saya karena saya tidak menghalangi jalan
anda.” Anak kecil itu menjawab dengan tenang.
Hal ini mengejutkan Makmun. Siapakah anak kecil ini,bagaimana ia sama sekali tidak takut padanya
dan rombongan prajuritnya?pikirnya.
“Siapa namamu?”tanyanya
penasaran.
“Muhammad.” Jawab anak kecil tersebut.
“ Putra siapakah engkau?”
“ Aku putra Imam Ali ar-Ridho.” kembali ia menjawab mantap.
Makmun terkesima mendengar jawaban mantap dari Muhammad kecil itu. Ia menatap Muhammad beberapa saat, kemudian
meneruskan perjalanan untuk berburu tanpa berkata apa-apa lagi.
Makmun mempunyai
seekor elang yang handal dalam menangkap mangsa. Sewaktu berburu, Makmun
melepaskan elangnya. Elang itu terbang dan menghilang. Sesaat kemudian burung
itu kembali dengan membawa ikan kecil yang masih hidup di paruhnya. Burung itu
menyerahkan hasil tangkapannya pada Makmun.
Saat melihat ikan kecil menggelepar di tangannya,terbersit
dalam pikiran Makmun untuk menggunakan
ikan tersebut guna menguji kehebatan anak pemberani yang tadi ditemuinya.
Segera rombongan bersiap melakukan perjalanan kembali ke
kota. Sesampai di kota Baghdad, kejadian yang hampir sama terulang. Semua orang
termasuk anak-anak kecil yang sedang bermain berhamburan,kecuali seorang anak
yang tadi mengatakan namanya adalah Muhammad putra Imam Ali ar-Ridha.
Rombongan berkuda yang berderap-derap seketika turut
berhenti saat Makmun menghentikan tunggangannya di dekat tempat Muhammad
kecil berdiri.
Makmun menyembunyikan ikan kecil dalam genggaman telapak
tangannya. Ia mendekati Muahmmad
dan menatap tajam wajah tampan
putra Imam Ali ar-Ridho a.s. itu.
” Katakan, apa yang ada dalam genggamanku?” katanya.
Yang ditatap balas
menatap tanpa takut atau gemetar sedikitpun, meski ia tahu, yang berdiri
dihadapannya adalah Raja yang ditakuti seluruh penduduk.
“Allah telah menciptakan ikan kecil di sungai, Elang milik
Raja suatu hari datang dan menangkapnya lalu membawa ikan itu pada sang Raja.
Raja menyembunyikan ikan tersebut dalam
genggamannya, kemudian ia bertanya kepada salah satu anggota Ahlul Bayt Nabi,katakan,apa yang ada dalam genggamanku. “
Makmun sungguh terpana mendengar jawaban yang sempurna itu,“
Sungguh layak jika kau adalah putra Imam Ali ar-Ridho!”ucapnya. ia menjadi yakin bahwa yang berdiri dihadapannya adalah
penerus keimamaham Imam Ali ar-Ridho as.
Semenjak saat itu, Makmun mulai berusaha untuk selalu
mendekati Muhammad kecil yang
adalah Imam Muhammad al- Jawad as. Di
hadapan umum ia berpura-pura bersikap baik pada Imam Muhammad al-Jawwad as. agar
rakyat yang mencintai Imam mendukungnya dan tidak memberontak kepadanya. Semua
ia lakukan demi kepentingan langgengnya kekuasaan Bani Abbasiyah.