Monday, May 20, 2013

Raja dan Sang Pemberani Kecil



Raja Dan Sang Pemberani Kecil

“Hei awas!” teriak seorang anak menyeruak keramaian dan berlari menepi ke pinggir jalan.
“Biarkan aku lewat! “ anak yang lain panik melompati kawannya yang terjatuh-jatuh kebingungan.
Seorang lagi menepi ketakutan di teras sebuah rumah.

Anak-anak kecil yang sedang bermain di jalanan kota Baghdad itu sontak bubar dan berlarian mendengar derap kaki kuda rombongan Khalifah Makmun ar-Rasyid.

Makmun ar-Rasyid adalah salah satu Khalifah dari Bani Abbas. Seperti biasa, jika rombongan pembesar kerajaan lewat maka jalanan harus diperuntukkan bagi mereka saja. Pengguna jalan yang lain harus mundur dan menepi menunggu hingga seluruh rombongan lewat.

Kali ini terdapat sesuatu yang janggal,semua orang sudah menepi, namun seorang anak tetap berada pada tempatnya dan tidak bergeming.

Khalifah Makmun berhenti. Ia perhatikan anak kecil yang berada di hadapannya,rupawan dan tegap.

“Anak muda, mengapa kau tak lari dan menepi seperti anak-anak yang lain?” tanyanya.

“ Bukankah saya tidak melakukan kejahatan apapun? Saya juga tidak menghalangi jalan anda. Lagipula saya percaya kalau anda tidak perlu melakukan sesuatu yang akan mencelakai saya karena saya tidak menghalangi jalan anda.” Anak kecil itu menjawab dengan tenang.

Hal ini mengejutkan Makmun. Siapakah anak kecil  ini,bagaimana ia sama sekali tidak takut padanya dan rombongan prajuritnya?pikirnya.

“Siapa namamu?”tanyanya  penasaran.

“Muhammad.” Jawab anak kecil tersebut.

“ Putra siapakah engkau?”
“ Aku putra Imam Ali ar-Ridho.”  kembali ia menjawab mantap.

Makmun terkesima mendengar jawaban  mantap dari Muhammad kecil  itu. Ia menatap Muhammad beberapa saat, kemudian meneruskan perjalanan untuk berburu tanpa berkata apa-apa lagi.

Makmun  mempunyai seekor elang yang handal dalam menangkap mangsa. Sewaktu berburu, Makmun melepaskan elangnya. Elang itu terbang dan menghilang. Sesaat kemudian burung itu kembali dengan membawa ikan kecil yang masih hidup di paruhnya. Burung itu menyerahkan hasil tangkapannya pada Makmun.

Saat melihat ikan kecil menggelepar di tangannya,terbersit dalam pikiran Makmun untuk  menggunakan ikan tersebut guna menguji kehebatan anak pemberani yang tadi ditemuinya.

Segera rombongan bersiap melakukan perjalanan kembali ke kota. Sesampai di kota Baghdad, kejadian yang hampir sama terulang. Semua orang termasuk anak-anak kecil yang sedang bermain berhamburan,kecuali seorang anak yang tadi mengatakan namanya adalah Muhammad putra Imam Ali ar-Ridha.

Rombongan berkuda yang berderap-derap seketika turut berhenti saat Makmun menghentikan tunggangannya di dekat  tempat  Muhammad kecil berdiri.

Makmun menyembunyikan ikan kecil dalam genggaman telapak tangannya. Ia mendekati Muahmmad  dan  menatap tajam wajah tampan putra Imam Ali ar-Ridho a.s. itu.

” Katakan, apa yang ada dalam genggamanku?” katanya.

 Yang ditatap balas menatap tanpa takut atau gemetar sedikitpun, meski ia tahu, yang berdiri dihadapannya adalah Raja yang ditakuti seluruh penduduk.

“Allah telah menciptakan ikan kecil di sungai, Elang milik Raja suatu hari datang dan menangkapnya lalu membawa ikan itu pada sang Raja. Raja  menyembunyikan ikan tersebut dalam genggamannya, kemudian ia bertanya kepada salah satu anggota Ahlul Bayt Nabi,katakan,apa yang ada dalam genggamanku.

Makmun sungguh terpana mendengar jawaban yang sempurna itu,“ Sungguh layak jika kau adalah putra Imam Ali ar-Ridho!”ucapnya. ia menjadi  yakin bahwa yang berdiri dihadapannya adalah penerus keimamaham Imam Ali ar-Ridho as.

Semenjak saat itu, Makmun mulai berusaha untuk selalu mendekati  Muhammad kecil yang adalah  Imam Muhammad al- Jawad as. Di hadapan umum ia berpura-pura bersikap baik pada Imam Muhammad al-Jawwad as. agar rakyat yang mencintai Imam mendukungnya dan tidak memberontak kepadanya. Semua ia lakukan demi kepentingan langgengnya kekuasaan Bani Abbasiyah.