Thursday, February 26, 2015

Wanita Mulia Berlisan Ayat-Ayat Suci Al-Qur’an

Abdullah bin Mubarak meriwayatkan,  Saat itu, aku tengah berada dalam sebuah perjalanan dan melewati gurun pasir. Dari jauh aku melihat seorang wanita berjalan sendirian, dan kusadari bahwa wanita itu tertinggal dari karavannya.

Akupun kemudian mendekatinya dan bertanya,

“Siapakah anda? Dan darimana anda berasal?”

Wanita itu kemudian menjawab dengan sebuah ayat al-Qur’an,

 “Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah: “Salaamun-alaikum. (Qur’an, 6:54)”


Kala itu aku berpikir bahwa wanita tersebut ingin aku mengucapkan salam terlebih dahulu kepadanya, kemudian baru ia akan menjelaskan siapa dirinya. Akupun melakukan seperti apa yang ia inginkan. Kemudian aku  menanyakan penyebab keberadaannya di tengah-tengah gurun pasir ini. Wanita itu menjawab,
  

“Dan barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak seorangpun yang dapat menyesatkannya! (Qur’an, 39:37)” menunjukkan bahwa wanita ini sebenarnya tidaklah tersesat.

Mendengar jawaban itu, aku kembali bertanya,

“Anda dari golongan manusia ataukah bangsa jin?”

Lagi-lagi ia menjawab dengan ayat al-Qur’an,

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, (Qur’an, 7:31)”

Dari jawaban itu, aku memahami bahwa ia adalah seorang manusia, kembali kulanjutkan pertanyaanku,

“Darimanakah anda berasal?”

“Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh. (Qur’an, 41:44)”

“Dan kemana tujuan anda?”

“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah,(Qur’an,3:97)” jawabnya, menyiratkan bahwa tujuannya adalah ke Makkah untuk berhaji.

Wanita itu menjawab semua pertanyaan dengan ayat al-Qur’an. Aku kemudian menanyakan kepadanya mengenai  berapa lamakah ia telah  melakukan perjalanan.

Dan ia menjawab,

“Dan sesungguhnya, telah Kami ciptakan langit dan bumi, dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, (Qur’an, 50:38),” menyiratkan telah enam hari lamanya ia melakukan perjalanan.


Melihat keadaannya, aku kemudian menanyakan,

“Apakah anda lapar?”

“Dan tidaklah Kami jadikan mereka (para rasul-Nya), (memiliki) tubuh-tubuh yang tiada memakan makanan, (Qur’an, 21:8),” jawabannya mengiyakan pertanyaan itu.


Aku kemudian memberi wanita itu makanan. Wanita itu dengan tenang menyelesaikan makannya. Saat itu, aku memintanya untuk sedikit cepat supaya kami bisa mengejar karavannya. Padang pasir yang begitu luas tak urung sedikitnmenimbulkan kecemasan bila harus tertinggal jauh. Namun wanita itu menjawab,

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (Qur’an, 2;286) ”


Setelah makan, aku  memintanya untuk duduk diatas unta, dibelakangku agar mudah segera menyusul karavan, namun lagi-lagi dengan ayat al-Qur’an wanita tersebut berkata,

“Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa.  (Qur’an, 21:22)

Aku seperti disadarkan bahwa kami bukan suami istri jadi hal itu terlarang bagi kami berdua untuk duduk diatas unta bersamaan. Lalu akupun turun dan menolongnya menaiki untaku. Saat ia telah duduk diatas unta, iapun berkata,

“Maha Suci Dia yang telah menundukkan (binatang) ini bagi kami (untuk dimanfaatkan) (Qur’an, 43:13)”


Setelah beberapa lama dalam perjalanan, kamipun berhasil menyusul karavan, aku bertanya kepadanya,

“Apakah anda mengenal salah seorang dari mereka?”

Wanita itu menjawab,

“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi, (Qur’an, 38:26),”

 “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, (Qur’an, 3:144),”

“Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh! (Qur’an:19:12),”

“Hai Musa, sesungguhnya Akulah Allah, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, (Qur’an, 27:9)”

Aku kemudian memanggil empat nama yang disebut wanita itu. Sesaat kemudian 4 orang pemuda keluar dari karavan. Melihat kami, mereka segera  berlari menuju wanita yang bersamaku. Aku menanyakan siapakah mereka ini  kepada wanita tersebut dan ia menjawab,


“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, (Qur’an, 18:46)”


Aku menyadari bahwa mereka adalah anak-anaknya. Wanita itu kemudian menengok ke arah anak-anaknya dan berkata,

“Ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”. (Qur’an, 28:26)”

Wanita itu seperti menjelaskan kepada mereka bahwa aku telah menolongnya. Ia kemudian berkata lagi kepada anak-anaknya,

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. (Qur’an 2:245)”

 Para pemuda putra wanita tersebut mengerti petunjuk yang diberikan ibunya dan memberiku imbalan sebagai tanda balas jasa. Penuh ingin tahu, Aku bertanya kepada mereka siapakah wanita mulia ini, dan mereka menjawab,

“Ia adalah ibu kami, FIDDHAH, pelayan Sayyidah Fathima azZahra sa. Dan ia tidak berucap sepatah katapun melainkan ayat suci al-Qur’an semenjak 20 tahun terakhir.”


*Disarikan dari tulisan Abul Qasim al-Qashiri melalui riwayat Abdullah bin Mubarak.*


Fiddhah ra. adalah seorang budak kulit hitam dari Ethiopia. Saat umur sebelas tahun ia didatangkan ke Arabia. Nabi suci Muhammad saw lalu membeli dan lantas membebaskan Fiddhah  hingga ia menjadi wanita muda yang merdeka. Namun Fiddhah tak ingin jauh dari keluarga Nabi saww. Fiddhah lalu menjadi pembantu rumah tangga di rumah Sayyidah Fatimah Zahra sa.


Sayyidah Fatimah selalu membagi pekerjaan rumah antara diri beliau dan Fiddhah. keimanan Fiddhah semakin bertambah selama tinggal bersama keluarga kenabian. Ia juga menjadi sangat mengerti al-Qur’an dengan sepenuh hati. Fiddhah pun turut serta mendapat kehormatan ikut berpuasa bersama Ahlul Bayt as, dalam puasa nadzar Imam Ali as dan Sayyidah Fatimah sa atas kesembuhan dua putra suci mereka dari sakitnya. Ia ikut berpuasa dan turut serta pula memberikan jatahnya berbuka untuk orang miskin, anak yatim, dan tawanan selama 3 hari berturut-turut, dimana peristiwa itu diabadikan oleh Allah SwT dalam Kitab suci al-Qur’an, surat ad-Dahr (surat al-Insan) ayat 76.


Fiddhah bahkan sangat setia hingga ia pun turut mengikuti rombongan Imam Husain as ke Karbala, dan setia bersama Sayyidah Zainab sa melewati semua penderitaan bersama AhlulBayt Nabi dalam perjalanan karavan tawanan suci dari Karbala ke Syam.