Wednesday, April 17, 2013

Salam dari Kakek yang Mulia





Seorang pria tua melangkahkan kakinya  di tengah-tengah keramaian kota Madinah. Hatinya  tengah dirundung kerinduan yang amat sangat. Puluhan tahun telah ia lewati semenjak pertemuan kala itu. Setiap matahari terbit,harapannya untuk bertemu yang dinantinya bersemi,namun seiring tenggelamnya matahari,  lagi-lagi ia harus bersabar menunggu kesempatan di lain hari.
Hari itu,ia langkahkan kakinya keluar rumah, di tengah kerinduan yang sangat, di jalanan kota Madinah,  ia memanggil-manggil nama yang dirindunya dengan suara keras,
“ Wahai Baqiral Ulum, Wahai Pembedah Ilmu Pengetahuan!”
“ Wahai Baqiral Ulum, Wahai Pembedah Ilmu Pengetahuan!” Orang tua itu mengulang-ulang panggilannya.
Orang-orang yang ada di sekitarnya membicarakan orang tua itu. Sebagian berkata,
“ Jabir sudah tidak waras,karena tua.”               
Hati Jabir bin Abdillah al Anshari, sahabat setia Rasulullah ini semakin  terasa berat   mendengar ucapan orang-orang munafik . Ia teringat, kejadian berpuluh tahun yang lalu. Di kala itu ia menemui Rasulullah yang sedang bersama al-Husain as di pangkuannya. Saat Rasulullah melihat Jabir, Beliau bersabda,
“ Wahai Jabir, seorang putra akan terlahir dari keturunan putraku ini( al-Husain), ia akan menjadi seseorang yang paling berpengetahuan dan paling bijaksana di masanya. Wahai Jabir, Allah akan memanjangkan umurmu sampai pada masa itu. Wahai Jabir! Bila kau bertemu dengannya, sampaikanlah salamku untuknya.”
Semenjak itulah Jabir selalu menanti pertemuan dengan cucu Nabi yang mulia tersebut, ia senantiasa duduk di jalanan kota Madinah, kemudian dengan seksama ia akan memperhatikan setiap orang yang berjalan ke arahnya.
Hari itu, Jabir seperti biasa menanti di jalanan kota Madinah. Walaupun ia kini telah tua dan buta, ia masih bisa mengandalkan pendengarannya. Saat itulah, ia mendengar langkah kaki yang persis seperti suara langkah kaki Rasulullah. Jabir ingat betul suara langkah kaki Rasulullah karena langkah kaki Rasulullah memiliki kekhasan tersendiri.
Seketika Jabir berdiri dan berusaha menghentikan orang yang suara langkah kakinya sama persis dengan suara langkah kaki Rasulullah tersebut.
“ Siapakah engkau?” tanya Jabir bin Abdillah.
“ Aku Muhammad.” jawab pemilik langkah kaki tersebut yang ternyata adalah seorang anak kecil.
“ Putra siapakah engkau?” tanya Jabir lagi
“ Putra Ali bin Husain!”
Mendengar Jawaban ini, Jabir segera mengenali siapa yang ada dihadapannya. Ia adalah  putra Imam Ali Zainal Abidin putra  Imam Husain yang akan menjadi Imam penerus ayahandanya. Ialah Baqiral Ulum, pembedah Ilmu Pengetahuan. Ialah cucu Nabi, yang kepadanya Rasulullah saww telah menitipkan salam.
Jabir tak kuasa menahan air matanya, ia menciumi  tangan Imam, bahkan ingin mencium kaki Imam namun Imam segera menarik kaki beliau. Imam membantu Sahabat Nabi yang telah tua itu berdiri. Dengan berlinang air mata, Jabir berkata,
“ Wahai Putra Rasulullah, semoga jiwaku menjadi tebusan bagimu. Kakekmu Rasulullah saww telah menitipkan salam kepadamu melalui diriku.” ucap Jabir kepada Imam Muhammad kecil.
Ia kemudian menceritakan kejadian di saat Rasulullah menitipkan salam kepadanya.
Imam Muhammad al-Baqir kemudian membawa Jabir ke rumahnya, dihadapan Imam Ali Zainal Abidin dan di hadapan banyak orang, Jabir bin Abdillah al-Anshari ini  menceritakan kembali pertemuannya dengan Rasulullah dan bagaimana Beliau saww. telah menitipkan salam kepada cucunya yang akan menjadi Imam yang ke lima yaitu Imam Muhammad al-Baqir as.
Hati Sahabat Nabi, Jabir bin Abdillah al-Anshari mungkin telah menjadi begitu lega, setelah  pada akhirnya ia bertemu dengan sosok yang selalu dirindukannya, sang Pembedah Ilmu Pengetahuan, Imam Muhammad al-Baqir a.s.
 Ia telah menyampaikan amanat Rasulullah. Jabir bin Abdillah al-Anshari meninggal tak lama setelah pertemuannya dengan Imam Baqir as. Seperti sabda Rasulullah kepadanya, ketahuilah wahai Jabir, waktumu tidaklah panjang setelah pertemuan dengannya.