Seorang pria
tua melangkahkan kakinya di
tengah-tengah keramaian kota Madinah. Hatinya
tengah dirundung kerinduan yang amat sangat. Puluhan tahun telah ia
lewati semenjak pertemuan kala itu. Setiap matahari terbit,harapannya untuk
bertemu yang dinantinya bersemi,namun seiring tenggelamnya matahari, lagi-lagi ia harus bersabar menunggu
kesempatan di lain hari.
Hari itu,ia
langkahkan kakinya keluar rumah, di tengah kerinduan yang sangat, di jalanan
kota Madinah, ia memanggil-manggil nama
yang dirindunya dengan suara keras,
“ Wahai
Baqiral Ulum, Wahai Pembedah Ilmu Pengetahuan!”
“ Wahai
Baqiral Ulum, Wahai Pembedah Ilmu Pengetahuan!” Orang tua itu mengulang-ulang
panggilannya.
Orang-orang
yang ada di sekitarnya membicarakan orang tua itu. Sebagian berkata,
“
Jabir sudah tidak waras,karena tua.”
Hati Jabir bin
Abdillah al Anshari, sahabat setia Rasulullah ini semakin terasa berat
mendengar ucapan orang-orang
munafik . Ia teringat, kejadian berpuluh tahun yang lalu. Di kala itu ia
menemui Rasulullah yang sedang bersama al-Husain as di pangkuannya. Saat Rasulullah
melihat Jabir, Beliau bersabda,
“ Wahai Jabir,
seorang putra akan terlahir dari keturunan putraku ini( al-Husain), ia akan
menjadi seseorang yang paling berpengetahuan dan paling bijaksana di masanya.
Wahai Jabir, Allah akan memanjangkan umurmu sampai pada masa itu. Wahai Jabir!
Bila kau bertemu dengannya, sampaikanlah salamku untuknya.”
Semenjak itulah
Jabir selalu menanti pertemuan dengan cucu Nabi yang mulia tersebut, ia
senantiasa duduk di jalanan kota Madinah, kemudian dengan seksama ia akan
memperhatikan setiap orang yang berjalan ke arahnya.
Hari itu,
Jabir seperti biasa menanti di jalanan kota Madinah. Walaupun ia kini telah tua
dan buta, ia masih bisa mengandalkan pendengarannya. Saat itulah, ia mendengar
langkah kaki yang persis seperti suara langkah kaki Rasulullah. Jabir ingat
betul suara langkah kaki Rasulullah karena langkah kaki Rasulullah memiliki
kekhasan tersendiri.
Seketika Jabir
berdiri dan berusaha menghentikan orang yang suara langkah kakinya sama persis
dengan suara langkah kaki Rasulullah tersebut.
“ Siapakah
engkau?” tanya Jabir bin Abdillah.
“ Aku
Muhammad.” jawab pemilik langkah kaki tersebut yang ternyata adalah seorang
anak kecil.
“ Putra
siapakah engkau?” tanya Jabir lagi
“ Putra Ali
bin Husain!”
Mendengar Jawaban
ini, Jabir segera mengenali siapa yang ada dihadapannya. Ia adalah putra Imam Ali Zainal Abidin putra Imam Husain yang akan menjadi Imam penerus
ayahandanya. Ialah Baqiral Ulum, pembedah Ilmu Pengetahuan. Ialah cucu Nabi,
yang kepadanya Rasulullah saww telah menitipkan salam.
Jabir tak
kuasa menahan air matanya, ia menciumi tangan Imam, bahkan ingin mencium kaki Imam
namun Imam segera menarik kaki beliau. Imam membantu Sahabat Nabi yang telah
tua itu berdiri. Dengan berlinang air mata, Jabir berkata,
“ Wahai Putra
Rasulullah, semoga jiwaku menjadi tebusan bagimu. Kakekmu Rasulullah saww telah
menitipkan salam kepadamu melalui diriku.” ucap Jabir kepada Imam Muhammad
kecil.
Ia kemudian
menceritakan kejadian di saat Rasulullah menitipkan salam kepadanya.
Imam Muhammad
al-Baqir kemudian membawa Jabir ke rumahnya, dihadapan Imam Ali Zainal Abidin
dan di hadapan banyak orang, Jabir bin Abdillah al-Anshari ini menceritakan kembali pertemuannya dengan
Rasulullah dan bagaimana Beliau saww. telah menitipkan salam kepada cucunya
yang akan menjadi Imam yang ke lima yaitu Imam Muhammad al-Baqir as.
Hati Sahabat
Nabi, Jabir bin Abdillah al-Anshari mungkin telah menjadi begitu lega, setelah pada akhirnya ia bertemu dengan sosok yang
selalu dirindukannya, sang Pembedah Ilmu Pengetahuan, Imam Muhammad al-Baqir
a.s.
Ia telah menyampaikan amanat Rasulullah. Jabir
bin Abdillah al-Anshari meninggal tak lama setelah pertemuannya dengan Imam
Baqir as. Seperti sabda Rasulullah kepadanya,
ketahuilah wahai Jabir, waktumu tidaklah panjang setelah pertemuan dengannya.