Langit dan seluruh alam seolah menahan nafasnya sore itu,
anginpun bertiup perlahan menggoyang
Sore itu 14 Sya’ban 255 H, Imam Hasan Al-Askari mengundang
bibinya Sayyidah Hakima untuk berbuka puasa di rumah beliau. Sayyidah Hakima,
putri Imam Muhammad Al-Jawad adalah wanita suci dan mulia yang sangat dihormati
di masanya.
Sayyidah Hakima memenuhi undangan dari Imam Hasan Al-Askari.
Sesampai di rumah Imam, Beliau menyambutnya dan berkata,
“Bibi,tinggallah bersama kami untuk berbuka bersama malam
ini, segera Allah SWT akan menggembirakan anda dengan kehadiran
Wali-Nya,Hujjah-Nya atas ummat manusia dan Pemimpin mereka setelahku”
Sayyidah Hakima menjadi begitu bahagia mendengar kabar
gembira yang disampaikan Imam.
“Wahai junjunganku dan pemimpinku, semoga jiwaku jadi
tebusan bagimu. Dari siapakah ia akan lahir?” tanya Sayyidah Hakima
“ Dari istriku Nargis.” Jawab Imam.
Bergegas Sayyidah Hakima menemui Nargis dengan berseri-seri, Namun beliau terkejut saat melihat Sayyidah Nargis
tidak kelihatan seperti wanita yang sedang mengandung.
Sayyidah Hakima menjadi resah dan berkata dalam hati, Nargis tidak kelihatan sedang mengandung. Dengan tersenyum Imam berkata kepada
bibinya,
“Wahai bibi, janganlah bersedih, sesungguhnya Nargis adalah
seperti Ibunda Musa as. sedangkan putraku ini adalah seperti Musa a.s. yang
akan terlahir secara rahasia dan tanpa
pertanda. Pergilah kepadanya, ia akan melahirkan nanti di waktu Fajar.”
Di masa itu, Imam Hasan Al-Askari selalu berada di bawah
pengawasan ketat pemerintahan kerajaan
Bani Abbas. Hal ini dikarenakan Khalifah telah mendengar akan terlahir seorang
putra dari beliau, seorang putra yang
akan menjadi sang juru selamat dan akan menumbangkan semua kezaliman. Kerajaan
Bani Abbas ketakutan kekuasaannya akan runtuh di tangan Imam Mahdi sebagaimana
ketakutannya Raja Fir’aun akan kerajaannya yang
akan runtuh di tangan Nabi Musa as.
Mereka berusaha
membunuh Imam Hasan Al-Askari dengan berbagai cara namun selalu gagal. Mereka
juga memenjarakan Imam dari satu tempat ke tempat lain,hingga menjadikan Imam
sebagai tahanan rumah. Seperti Fir,aun juga, mereka menyiapkan pasukan tentara
dan mata-mata untuk selalu mengawasi kediaman
Imam Hasan Al-Askari as., agar jika terdengar telah lahir seorang bayi laki-laki
dapat segera mereka bunuh. Mereka lupa, sebagaimana Allah menyelamatkan Nabi Musa dengan menjadikan kehamilan ibunda Nabi Musa as tersembunyi, maka Allahpun
dapat pula menyelamatkan Imam Mahdi dengan menjadikan kehamilan Sayyidah
Nargis tak terlihat.
Sore itu Sayyidah Hakima tinggal bersama Sayyidah Nargis
hingga tiba waktu Maghrib, beliau kemudian melaksanakan sholat dan selanjutnya duduk
bersama untuk berbuka puasa. Sayyidah Hakima senantiasa
memperhatikan keadaan Nargis hingga beliau tertidur, sebentar kemudian beliau terbangun di tengah malam. Lagi-lagi Sayyidah
Hakima memperhatikan Sayyidah Nargis yang masih tidur, tak tampak tanda-tanda sebagaimana
perempuan yang akan melahirkan.
Sayyidah Hakima lalu beranjak untuk melaksanakan sholat
malam. Dengan khusuk beliau menghadap Allah SWT. Di akhir sholat,saat beliau
melaksanakan witr, Sayyidah Nargis terbangun dan kemudian melaksanakan sholat
di sampingnya.
Seusai sholat, Sayyidah Hakima melihat istri Imam Hasan
Al-Askari itu kesakitan seperti akan melahirkan, bergegas beliau menghampirinya,
“ Apakah kau merasakan sesuatu? “ tanya Sayyidah Hakima
“Oh Bibi, aku merasakan sakit...” ucap Sayyidah Nargis agak merintih
Sayyidah Hakima berniat menolong Sayyidah Nargis dalam persalinannya.
Dengan penuh kesabaran dan kelembutan beliau berkata,
“ Tenanglah, bila Allah menghendaki, tak ada yang perlu engkau khawatirkan.”
Tiba-tiba seberkas cahaya sangat terang memancar diantara beliau danSayyidah Nargis hingga Sayyidah Hakima tak bisa lagi melihat Sayyidah Nargis . Dengan cemas Sayyidah Hakimah menemui Imam Hasan Al-Askari as dan melaporkan apa yang terjadi. Namun dengan tersenyum Imam meminta beliau kembali dengan berkata,
“ Kembalilah Bibi,tak lama lagi engkau akan melihatnya.”
Sayyidah Hakima kembali menemui Sayyidah Nargis dan saat beliau sampai,tampaklah seorang bayi telah lahir. Bayi tersebut dalam keadaan bersujud, mengangkat jarinya menunjuk langit, melafazkan kalimat syahadat dan memuji Keagungan Allah SWT . Bayi mulia itu juga melafazkan ayat ke-5 dari surat al-Qasas yang berbunyi,
“Dan Kami hendak
memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan
menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi),”
Di tangan kanan bayi tersebut juga tertulis ayat ke 81 dari surat Bani Israil
yang berbunyi,
" Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.
" Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.
Imam Hasan Al-Askari menyambut gembira kelahiran Imam Mahdi
as, beliau mengungkapkan sanggahannya terhadap usaha-usaha
pemerintahan Bani Abbas yang terus menerus berusaha membunuh beliau untuk
mencegah lahirnya Imam Mahdi. Beliau berkata,
“Orang-orang kejam ini berpikir dapat membunuhku agar terputus keturunanku, betapa mereka telah
meremehkan Kekuasaan Allah.”
(lulu)