Saturday, December 9, 2017

Dua Pengembara dan Pohon Besar




Dua orang pengembara berjalan di siang hari ketika cuaca sangat panas. Tidak tahan dengan panasnya cuaca, mereka kemudian memutuskan untuk beristirahat sejenak di suatu tempat teduh.

Setelah beberapa saat, kedua pengembara itu menemukan sebuah pohon besar. Mereka segera merebahkan diri di bawah pohon itu. Angin yang berhembus menggoyang-goyangkan daun pohon sehingga mereka berdua terkantuk-kantuk karena seperti dikipas-kipas.

Kedua pengembara menikmati waktu istirahatnya dibawah cabang-cabang pohon besar itu, sesaat kemudian mereka merasakan lapar.

Sambil menatap cabang pohon, salah satu pengembara itu berkata kepada temannya, 

"Betapa tak berguna pohon ini. Tidak ada buah atau biji yang bisa kita makan,” katanya. Temannya diam saja tidak membantah perkataan itu.

Tapi pohon besar itu berguman, “Jangan kalian keterlaluan dalam mengingkari nikmat Allah.”  katanya  dalam diam yang tidak terdengar oleh kedua pemuda pengembara. 

"Bukankah aku sangat berguna bagi kalian sekarang ini?  Bukankah saat ini, aku melindungi kalian dari teriknya sinar matahari, dan kalian menyebutku tidak berguna sama sekali? gumamnya sedih.”  

Semua ciptaan Allah diciptakan dengan memiliki tujuan yang baik. Islam mengajarkan kita bahwa kita seharusnya selalu mensyukuri nikmat dari Allah.

 لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيْدَنَّكُمْ

Jika kalian bersyukur, maka akan Aku tambah (nikmat) untuk kalian

Raja dan Sepatu Kulit



Dahulu kala, hiduplah seorang raja yang memerintah sebuah kerajaan makmur. Suatu hari, ia memutuskan untuk pergi melakukan perjalanan mengelilingi kerajaan agar bisa memeriksa secara langsung keadaaan rakyatnya.


Di hari pertama, ia mengeluh kakinya terasa sakit. Mungkin karena  ini adalah pertama kalinya Raja melakukan perjalanan jauh, dan jalan yang dia lewati sangat kasar dan berbatu. 

Tak ingin kakinya sakit lagi untuk perjalanan esok hari, ia kemudian memerintahkan untuk menutupi setiap jalan di seluruh negerinya dengan lapisan karpet berbulu dari kulit.




Tentu saja  ini akan membutuhkan ribuan kulit sapi, dan harganya akan menjadi sangat mahal serta pasti akan menghabiskan sejumlah besar uang.

Lalu salah satu penasihat Raja yang bijak memberanikan diri untuk  memberi tahu raja, 


"Baginda, Kenapa anda harus mengeluarkan sejumlah uang yang tidak perlu itu? Kenapa juga harus mengorbankan sejumlah besar sapi yang bisa jadi bahan makanan dan ternak masyarakat di kerajaan kita untuk beberapa tahun kedepan, hanya untuk diambil kulitnya? kata sang penasihat.

“Tidakkah akan lebih baik jika kita cukup memotong selembar kecil kulit untuk menutupi kaki baginda? "

Mendengar nasihat ini Raja terkejut, tapi kemudian dia berpikir dan menyetujui saran penasihatnya. Penasihat Raja lantas memerintahkan pegawai kerajaan membuat sebuah alas kaki dari kulit sapi yang lembut untuk raja.  




Raja senang dengan sepatu kulit yang dibuatkan untuknya, kini dia bisa berjalan-jalan untuk melihat-lihat rakyatnya tanpa merasakan sakit di kakinya.



Ternyata untuk membuat hidup kita menjadi lebih baik, yang penting kita lakukan adalah mengubah diri kita, sikap kita, dan hati kita terlebih dahulu dan bukan orang lain atau dunia diluar sana.

إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ

"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri" QS. Ar-Ra'd (13:11)