Saturday, September 29, 2018

Arbain Imam Husain as




Pada Arbain tahun 61 H, Jabir bin Abdullah Al-Anshari menziarahi makam Imam Husein a.s. di Karbala bersama Athiyah bin Saad bin Junadah Al-Aufi. Athiyah adalah salah seorang ulama, mufassir dan ahli hadis yang lahir pada zaman pemerintahan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib a.s.

Al-A'mash meriwayatkan dari 'Atiyyah al-'Awfi, yang mengatakan: “Saya pergi bersama  Jabir bin 'Abdillah al-Ansari (semoga Allah merahmatinya), untuk mengunjungi makam al-Husain bin' Ali bin Abi Thalib as, dan ketika kami memasuki Karbala, Jabir mendekati tepi Sungai Furat, melakukan mandi dan mengenakan pakaiannya. Kemudian ia membuka dompetnya yang berisi su [tepung tanaman dengan aroma manis]. Ia menyebarkan parfum itu ke tubuhnya, setelah itu ia tidak melangkah kecuali dengan berzikir kepada Allah, sampai ia mendekati kubur [al-Husain as]. "

[Kemudian] ia berkata kepada saya, “Tolong aku untuk  menyentuh kubur (al-Husain as), dan saya menolongnya. Setelah itu ia jatuh pingsan tak sadarkan diri. "

Saya kemudian memercikkan sedikit air padanya, dan ia mulai sadar.

Lalu ia menangis dan merintih:

يا حُسين، يا حُسين، يا حُسين....


Ya Husayn … Ya Husayn … Ya Husayn

Di hadapan makam  al-Husain as, ia berkata: “Mengapa yang dicintai tidak menanggapi panggilan sang kekasih? Tapi bagaimana engkau bisa menanggapi, sementara pembuluh darahmu telah putus, dan tubuhmu telah terpisah dari kepalamu?

Aku bersaksi bahwa engkau adalah keturunan dari Nabi, dan putra dari Amirul Mukminin, dan keturunan orang-orang sholeh, dan keturunan para pemberi petunjuk, dan anggota kelima dari Ahlul Kisa, dan putra dari tuannya para pemimpin, dan putra Fatimah, penghulu para wanita. 

Bagaimana engkau tidak begitu, sementara tangan Pemimpin para Rasul saww adalah tangan yang menyuapimu,  dan engkau disusui dengan keimanan, dan dilatih oleh orang-orang saleh, dan disapih dalam keislaman.

Karenanya Engkau memiliki kedudukan yang agung  selama waktu hidup dan setelah kesyahidanmu. Namun, hati orang-orang yang beriman merasa sedih karena perpisahan denganmu. Mereka meyakini  kedudukan agung yang engkau miliki. Salam dan kebahagiaan dari Allah untukmu. Aku bersaksi, kisahmu seperti kisah saudaramu, Nabi Yahya putra Zakaria yang dipenggal kepalanya oleh thagut di zamannya.”

Kemudian Jabir menyapukan pandangannya ke makam para syuhada Karbala di sekitar makam Imam Husain a.s. dan menziarahi mereka seraya berkata, “Salam untuk kalian dan ruh-ruh yang berada di sekitar makam al-Husain as. Aku bersaksi bahwa kalian berada dalam keteguha, kalian telah menunaikan shalat, membayar zakat dan melaksanakan amar makruf nahi mungkar. Kalian berperang melawan orang-orang yang sesat. Kalian telah menyembah Allah hingga keyakinan mendatangi kalian. Demi Allah yang telah mengutus Muhammad saww dengan kebenaran, Kami bersama kalian dalam segala hal yang kalian alami.”

Aku (Athiyah) bertanya kepada Jabir, “Bagaimana kita bisa bersama mereka para syuhada Karbala, sementara kita tidak bersama mereka dan tidak mengayunkan pedang seperti mereka? Bahkan para syuhada ini telah berkorban, kepala-kepala mereka terpenggal, anak-anak mereka menjadi yatim dan istri-istri mereka menjadi janda.”

Jabir menjawab, “Hai Athiyah! Aku mendengar sendiri Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang mencintai suatu kaum, ia akan dibangkitkan bersama kaum tersebut. Barangsiapa yang menyukai perbuatan suatu kaum, ia terhitung dalam perbuatan tersebut. Demi Allah yang telah mengutus Muhammad saw. dengan kebenaran, niatku dan niat para sahabatku sama seperti niatnya Husain a.s. dan para sahabatnya. Atas niat itulah mereka mencapai kesyahidan.”

[Kemudian Jabir berkata kepada 'Atiyyah]: “Bawa aku ke arah rumah-rumah Kufah.”

'Atiyyah mengatakan: “Ketika kami mencapai titik tertentu di jalan, Jabir berkata kepada saya:' O 'Atiyyah, bolehkah aku memberi nasihat kepadamu? karena aku merasa  bahwa aku tidak akan bertemu denganmu lagi setelah perjalanan singkat ini?”

“Cintailah kekasih keluarga Muhammad selama orang itu mencintai mereka (aali Muhammad), dan jauhilah orang yang tidak menyukai keluarga Muhammad selama orang itu tidak menyukai mereka.  Karena jika seseorang selalu  berpuasa disiang hari  dan mndirikan sholat (di malam hari) serta berteman dengan kekasih aali Muhammad, maka pasti jika salah satu kaki mereka tergelincir karena dosa, kaki yang lain akan tetap berdiri tegak karena cinta kepada Aali Muhammad, karena Sesungguhnya kekasih aali  Muhammad akan kembali ke Firdaus dan orang yang memiliki kebencian kepada mereka akan kembali ke Api Neraka. '”