Wednesday, October 22, 2014

Kebaikan Hati Imam Hasan al-Mujtaba as.

Budak hitam itu duduk di pinggir kebun kurma yang tengah ia garap. Tuannya memerintahkannya bekerja untuk mengurus kebun kurma itu dengan baik. Ingin sejenak ia beristirahat melepas penat sambil makan siang. Dibukanya bekal yang ia bawa, sebuah roti.

Saat itu, seekor anjing mendatanginya. Memandangi budak itu seolah melaporkan diri bahwa ia juga lapar.

Terbersit rasa kasihan di hati budak belia itu. Dipandangya roti yang ia bawa, kemudian bergantian ia pandang anjing yang sorot matanya memelas itu. Sedari tadi ia lapar selepas bekerja keras. Yang ia miliki hanyalah sepotong roti kering, sementara itu, di hadapannya ada seekor anjing yang tampaknya lapar seperti dirinya.

Budak itu kemudian memotong roti yang dibawanya dan memberikan kepada si anjing, sememtara ia juga memotong dengan bagian yang sama dan memakan sendiri roti tersebut. Demikian seterusnya potongan demi potongan bergantian ia berikan kepada anjing tersebut kemudian dirinya sendiri.

Perbuatan budak ini diperhatikan oleh seseorang yang saat itu sedang lewat. Orang tersebut bertanya,

“Apa yang membuatmu melakukan hal itu?”

Budak itu tak mengetahui siapa sosok tegap, berdada bidang dengan kulit putih kemerahan dihadapannya. Sosok  tampan yang memiliki mata hitam, janggut tebal bergelombang dan kulit halus itu tersenyum sambil menatapnya.

“Aku malu jika harus makan sendiri dan tidak berbagi padanya,” jawab budak remaja itu polos.

Imam Hasan al Mujtaba, sosok tampan tersebut, tersenyum mendengar jawaban pemuda kulit hitam itu. Beliau gembira melihat kebaikan hatinya. Imam memutuskan untuk membalas kebaikan sang budak hitam  dengan kebaikan pula. Beliau beranjak dari tempat tersebut sambil berpesan,

“Jangan kemana-mana sampai aku kembali” pesan Imam.

Ternyata Imam pergi menemui Tuan pemilik budak. Beliau membeli budak tersebut dari pemiliknya. Budak hitam itu kini menjadi milik Imam Hasan.

Beliaupun kembali menemui sang budak yang masih menunggu di pinggir kebun kurma. Sambil  tersenyum beliau menyampaikan bahwa budak hitam itu telah dibelinya dan saat itu juga ia dimerdekakan. Bukan main gembira hati sang budak. Ia tak pernah menyangka kebaikannya pada seekor anjing mendapat balasan sebesar itu.

Dan kegembiraan budak tersebut bertambah lagi saat Imam menyampaikan bahwa beliau juga telah membeli kebun kurma tempat budak itu bekerja dan menghadiahkan pula kebun itu untuk sang budak.

Dari seorang budak, pemuda itu kini telah menjadi seorang yang merdeka dan pemilik sebuah kebun kurma berkat kebaikan hati Imam Hasan al-Mujtaba.

Sunday, October 19, 2014

Tak Memandang Rendah Siapapun

Mereka duduk berkeliling. Setiap orang membawa makanan sedekah hasil meminta-minta hari ini. Baju lusuh dan compang-camping yang mereka kenakan tak mengurangi selera makan setelah seharian perut kosong tak terisi. Para pengemis di kota Madinah  hendak makan  bersama siang itu.

Sesaat sebelum mereka mulai makan, seorang penunggang kuda lewat. Penunggang yang ramah itu sangatlah mereka kenal. Senyum ramah yang selalu menghias wajahnya menunjukkan kebaikan  dan kerendah hatian pemiliknya. Menjadikan para pengemis itu tak merasa rendah diri menyapanya.  Mereka kemudian memberanikan diri mengundang penunggang kuda tersebut untuk makan bersama.

Imam Husain as, sang penunggang kuda itu tersenyum kemudian turun dari kudanya. Tanpa canggung beliau duduk bersama dengan mereka. Imam mempersilahkan mereka makan namun dengan santun Imam menjelaskan bahwa meskipun ingin,beliau tak bisa ikut makan bersama mereka.

Dengan kata-kata yang halus Imam menjelaskan bahwa keluarga Kenabian dilarang menerima sedekah. Dan karena beliau merupakan anggota Ahlulbayt Nabi, maka beliau tidak boleh makan makanan yang mereka makan, karena makanan itu merupakan sedekah dari orang-orang Madinah untuk mereka.

Ada raut kesedihan di wajah kelompok pengemis itu demi mengetahui Imam tak bisa makan bersama mereka. Namun sesaat kemudian raut sedih itu berubah menjadi bahagia. Imam ganti mengundang mereka ke rumah beliau untuk jamuan makan bersama.

 Tak terperi rasa hati para pengemis tersebut. Mereka bukan saja mendapat undangan jamuan makan yang pasti akan dipenuhi makanan lezat yang hampir-hampir tak pernah mereka dapatkan, namun juga mereka akan berkesempatan makan bersama seorang yang mulia yang selalu mereka hormati, Imam Husain as.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ