Saat itu, seekor anjing mendatanginya. Memandangi budak itu seolah melaporkan diri bahwa ia juga lapar.
Terbersit rasa kasihan di hati budak belia itu. Dipandangya roti yang ia bawa, kemudian bergantian ia pandang anjing yang sorot matanya memelas itu. Sedari tadi ia lapar selepas bekerja keras. Yang ia miliki hanyalah sepotong roti kering, sementara itu, di hadapannya ada seekor anjing yang tampaknya lapar seperti dirinya.
Budak itu kemudian memotong roti yang dibawanya dan memberikan kepada si anjing, sememtara ia juga memotong dengan bagian yang sama dan memakan sendiri roti tersebut. Demikian seterusnya potongan demi potongan bergantian ia berikan kepada anjing tersebut kemudian dirinya sendiri.
Perbuatan budak ini diperhatikan oleh seseorang yang saat itu sedang lewat. Orang tersebut bertanya,
“Apa yang membuatmu melakukan hal itu?”
Budak itu tak mengetahui siapa sosok tegap, berdada bidang dengan kulit putih kemerahan dihadapannya. Sosok tampan yang memiliki mata hitam, janggut tebal bergelombang dan kulit halus itu tersenyum sambil menatapnya.
“Aku malu jika harus makan sendiri dan tidak berbagi padanya,” jawab budak remaja itu polos.
Imam Hasan al Mujtaba, sosok tampan tersebut, tersenyum mendengar jawaban pemuda kulit hitam itu. Beliau gembira melihat kebaikan hatinya. Imam memutuskan untuk membalas kebaikan sang budak hitam dengan kebaikan pula. Beliau beranjak dari tempat tersebut sambil berpesan,
“Jangan kemana-mana sampai aku kembali” pesan Imam.
Ternyata Imam pergi menemui Tuan pemilik budak. Beliau membeli budak tersebut dari pemiliknya. Budak hitam itu kini menjadi milik Imam Hasan.
Beliaupun kembali menemui sang budak yang masih menunggu di pinggir kebun kurma. Sambil tersenyum beliau menyampaikan bahwa budak hitam itu telah dibelinya dan saat itu juga ia dimerdekakan. Bukan main gembira hati sang budak. Ia tak pernah menyangka kebaikannya pada seekor anjing mendapat balasan sebesar itu.
Dan kegembiraan budak tersebut bertambah lagi saat Imam menyampaikan bahwa beliau juga telah membeli kebun kurma tempat budak itu bekerja dan menghadiahkan pula kebun itu untuk sang budak.
Dari seorang budak, pemuda itu kini telah menjadi seorang yang merdeka dan pemilik sebuah kebun kurma berkat kebaikan hati Imam Hasan al-Mujtaba.