Mereka duduk berkeliling. Setiap orang membawa makanan sedekah hasil meminta-minta hari ini. Baju lusuh dan compang-camping yang mereka kenakan tak mengurangi selera makan setelah seharian perut kosong tak terisi. Para pengemis di kota Madinah hendak makan bersama siang itu.
Sesaat sebelum mereka mulai makan, seorang penunggang kuda lewat. Penunggang yang ramah itu sangatlah mereka kenal. Senyum ramah yang selalu menghias wajahnya menunjukkan kebaikan dan kerendah hatian pemiliknya. Menjadikan para pengemis itu tak merasa rendah diri menyapanya. Mereka kemudian memberanikan diri mengundang penunggang kuda tersebut untuk makan bersama.
Imam Husain as, sang penunggang kuda itu tersenyum kemudian turun dari kudanya. Tanpa canggung beliau duduk bersama dengan mereka. Imam mempersilahkan mereka makan namun dengan santun Imam menjelaskan bahwa meskipun ingin,beliau tak bisa ikut makan bersama mereka.
Dengan kata-kata yang halus Imam menjelaskan bahwa keluarga Kenabian dilarang menerima sedekah. Dan karena beliau merupakan anggota Ahlulbayt Nabi, maka beliau tidak boleh makan makanan yang mereka makan, karena makanan itu merupakan sedekah dari orang-orang Madinah untuk mereka.
Ada raut kesedihan di wajah kelompok pengemis itu demi mengetahui Imam tak bisa makan bersama mereka. Namun sesaat kemudian raut sedih itu berubah menjadi bahagia. Imam ganti mengundang mereka ke rumah beliau untuk jamuan makan bersama.
Tak terperi rasa hati para pengemis tersebut. Mereka bukan saja mendapat undangan jamuan makan yang pasti akan dipenuhi makanan lezat yang hampir-hampir tak pernah mereka dapatkan, namun juga mereka akan berkesempatan makan bersama seorang yang mulia yang selalu mereka hormati, Imam Husain as.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ
Sesaat sebelum mereka mulai makan, seorang penunggang kuda lewat. Penunggang yang ramah itu sangatlah mereka kenal. Senyum ramah yang selalu menghias wajahnya menunjukkan kebaikan dan kerendah hatian pemiliknya. Menjadikan para pengemis itu tak merasa rendah diri menyapanya. Mereka kemudian memberanikan diri mengundang penunggang kuda tersebut untuk makan bersama.
Imam Husain as, sang penunggang kuda itu tersenyum kemudian turun dari kudanya. Tanpa canggung beliau duduk bersama dengan mereka. Imam mempersilahkan mereka makan namun dengan santun Imam menjelaskan bahwa meskipun ingin,beliau tak bisa ikut makan bersama mereka.
Dengan kata-kata yang halus Imam menjelaskan bahwa keluarga Kenabian dilarang menerima sedekah. Dan karena beliau merupakan anggota Ahlulbayt Nabi, maka beliau tidak boleh makan makanan yang mereka makan, karena makanan itu merupakan sedekah dari orang-orang Madinah untuk mereka.
Ada raut kesedihan di wajah kelompok pengemis itu demi mengetahui Imam tak bisa makan bersama mereka. Namun sesaat kemudian raut sedih itu berubah menjadi bahagia. Imam ganti mengundang mereka ke rumah beliau untuk jamuan makan bersama.
Tak terperi rasa hati para pengemis tersebut. Mereka bukan saja mendapat undangan jamuan makan yang pasti akan dipenuhi makanan lezat yang hampir-hampir tak pernah mereka dapatkan, namun juga mereka akan berkesempatan makan bersama seorang yang mulia yang selalu mereka hormati, Imam Husain as.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ