Tuesday, April 21, 2015

Ketika Anak Belajar Sejarah.((Resensi buku Imam Musa Kazhim)

Judul buku : Imam Musa Kazhim 

Penulis       : Anna Rahman, Bintu Ali Bafagih 
Penerbit      : Citra 
Cetakan      : 1, Maret 2015, Jumadil awwal 1436 H
Tebal buku : 100 halaman


Ketika Anak Belajar Sejarah



Ikhtisar Isi Buku
   Allah turun ke bumi menunggangi kuda putih?? Bagaimana itu mungkin? Mengapa bisa timbul pemikiran-pemikiran aneh yang meracuni pikiran ummat Islam kala itu? Mengapa Imam Ja’far as Shadiq meninggalkan surat wasiat yang didalamnya beliau mencantumkan 4 nama selain nama Imam Musa Kazhim, dan diantaranya ada juga nama  khalifah dan walikota Madinah saat itu?

Ternyata sudah banyak sekali aliran-aliran seperti Mu’tazilah, Murji’ah, Qadariyah dan lain-lain yang menjadikan ummat bingung kemana mereka harus pergi sepeninggal Imam Ja’far as Shodiq as. Ternyata ada peristiwa FAKH! Pembantaian keluarga Rasulullah terkeji kedua setelah Karbala!

Banyak sekali fakta sejarah yang disodorkan buku ini. Bukan hanya sekedar pergantian Dinasti Umayyah oleh Dinasti Abbasiyah yang terjadi saat Imam Musa Kazhim berusia 4 tahun, namun juga bagaimana dakwah santun Imam yang senantiasa hidup dalam tekanan dari masa satu khalifah ke masa khalifah lainnya, hingga bagaimana beliau dipaksa menghabiskan hidupnya dari  penjara ke penjara namun tetap melakukan dakwah diam-diam sampai kesyahidan menjemput.

Begitu menerima buku ini, yang pertama melintas dalam pikiran saya adalah, Akhirnyaaaaaa! Senang? Iya! Mengapa? Yang pertama adalah, agar anak saya lebih mengenal siapa Imamnya, baru satu buku ini yang menceritakan kisah Imam dalam bentuk buku anak berbahasa Indonesia.  Juga karena saya perlu memotivasi anak saya dengan kisah-kisah teladan yang akan membentuk karakternya, sekaligus agar anak gemar membaca hingga terasah ketajaman otaknya. Dan, yang terakhir, ehm! Agak malu ngomongnya, tapi jujur saja, agar anak saya bisa makin berkurang nonton tivinya tanpa harus saya larang, melainkan dari inisiatifnya sendiri.

Alhamdulillah dia suka, mungkin karena bagusnya, dalam buku ini, peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa Imam Musa Kazhim  itu, dirangkum dalam bahasa yang mudah dimengerti untuk anak. Tulisan pun dicetak dengan font Arial yang notabene nyaman dimata. Didalamnya juga dilengkapi banyak ilustrasi yang tentu saja meningkatkan minat baca anak.

Kisah-kisah dalam buku ini bisa  dikunyah dengan lembut dan rileks. Nutrisi ilmu didalamya, insyaAllah akan menjadi bekal membangun karakter anak, bahkan saya sendiri. Tidak sabar rasanya menanti buku-buku kisah 14 manusia suci lainnya. (Zaenabya)







Thursday, April 9, 2015

Sayyidah Fathimah dalam Al-Qur'an

Sayyidah Fathimah dalam Al-Qur’an.

اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ ۖ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ

“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca ……”

Maghali al Syafi’i  mengatakan bahwa kaca yang dimaksud adalah Sayyidah Fatimah (sa), dan pelita yang dimaksud adalah al-Hasan (as) dan al-Husain (as)


وَآتِ ذَا الْقُرْبَىٰ حَقَّهُ

Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga dekat akan haknya....” (17 : 26)

Perawi menyebutkan, bahwa ketika ayat ini diturunkan, Rasulullah saw bertanya kepada malaikat Jibril, Siapakah keluarga dekat yang dimaksud dan apakah hak mereka? Kemudian Jibril menjawab,
“Berikanlah Fadak kepada Fatimah karena itu adalah haknya, dan segala sesuatu yang karena Allah dan Rasulnya telah menjadi haknya Fatimah selain Fadak, percayakanlah juga kepadanya. Oleh karena itu, Rasulullah saw memanggil Fatimah (sa) dan menuliskan sebuak akta hadiah, dan memberikan Fadak kepadanya.
~Tafseer Durre Mansoor (Volume 4 page 177)


إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا -

“Sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait dan mensucikan kamu sesuci-sucinya.” (Al-Ahzab: 33)

Al-Tirmizi ibn Mansur, Al Hakim ibn Mardawaih dan Al-Baihaqi dalam Sunannya, semua meriwayatkan bahwa Ummu Salamah, istri Nabi Muhammad saww mengatakan,
Saat ayat Al Qur’an “ Seungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa….”  Ali, Fathimah, Hasan dan Husain ada di rumahku. Rasulullah (saw) menutupi mereka dengan sebuah selimut dan kemudian berkata, Inilah Ahlul-Baytku. Allah menjauhkan segala keburukan dari mereka, serta mensucikan mereka sesuci-sucinya.
~Sahih al Tirmizi, Volume 5 page 328 Hadith no. 3875


Maka barangsiapa membantahmu tentang kisah Isa setelah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya)

 فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ أَبْنَاءَنَا وَأَبْنَاءَكُمْ وَنِسَاءَنَا وَنِسَاءَكُمْ وَأَنْفُسَنَا وَأَنْفُسَكُمْ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَلْ لَعْنَتَ اللَّهِ عَلَى الْكَاذِبِينَ

“Maka, marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu, kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah dilimpahkan kepada orang-orang yang dusta.” (Q.S. Ali Imran :61)

Ketika ayat ini turun, Rasulullah saw memanggil Ali, Fathimah, Hasan dan Husain, kemudian bersabda ,
“Ya Allah, mereka ini adalah ahli (keluargaku),”
~Sahih Muslim Volume 15 page 176

http://www.al-islam.org/articles/hazrat-fatima-az-zahra-sa

Wednesday, April 8, 2015

1+1+1= 4 ?????

Di suatu kelas di Taman Kanak-Kanak,seorang murid ditanya oleh gurunya,

"Kazim, kalau Ibu  beri Kazim sebuah apel, lalu Ibu  tambah sebuah lagi, kemudian Ibu tambahkan sebuah lagi,berapa buah apel yang Kazim punya?" tanya sang guru.

Dengan antusias kazim mulai menghitung menggunakan jari jarinya, khas anak kecil.
Setelah merasa menemukan jawaban yang tepat,dengan mata berbinar Kazim menjawab lantang,

"Empat Bu guru..!"

Ibu Guru mengernyitkan dahi. Tak puas dengan jawaban Kazim, iapun mengulang kembali pertanyaannya,

 "Kazim, dengarkan pertanyaan Bu guru baik baik ya? Kalau Ibu  beri Kazim sebuah apel, lalu Ibu  tambah sebuah lagi kemudian Ibu tambahkan sebuah lagi, berapa apel yang Kazim punya?"

Melihat gurunya  kecewa atas jawaban pertama yang ia berikan tadi, Kazim berusaha dengan lebih keras menjumlahkan. Jari-jarinya ditekuk kemudian dihitung sambil mulutnya komat-kamit menghitung. Kemudian sekali lagi ia menjawab,

 "Empat bu guru," kali ini bocah 5 tahun itu menjawab dengan suara agak pelan.

Gurunya lagi lagi nampak kecewa, menjadikan Kazim mengkerut tak percaya diri. Tapi sebagai seorang pendidik yang baik, sang guru mengerti bahwa tak baik menampakkan kekecewaan pada murid sekecil Kazim. Lalu sang guru mulai berpikir, mungkin karena Kazim kurang suka apel maka ia menjawab dengan salah. Karena Kazim sangat suka strawberry, mungkin ia lebih mengerti kalau soalnya diganti dengan strawberry.

 Lalu gurupun bertanya kembali tapi kali ini dengan soal berbeda,

"Baiklah Kazim, kalau sekarang Ibu  beri Kazim sebuah strawberry, lalu sebuah lagi dan ditambah sebuah lagi..berapa strawberry milik Kazim sekarang?"

Dengan polos kazim mulai lagi mengitung dengan jari2 mungilnya, dirasa sudah menemukan jawabannya Kazim menjawab,

"Tiga bu guru!" Kali ini, takut-takut Kazim memandang wajah sang guru.

 Raut sumringah tampak diwajah gurunya. Merasa berhasil, sang gurupun memuji Kazim yang semula terlihat agak tertekan.

"Bagus Kazim! Bagus sekali, nak! Jawaban kamu benar sekali!" ucapnya gembira,
“Nah, sekarang kalau pertanyaannya diganti seperti tadi, Ibu  beri Kazim apel satu, lalu ditambah satu apel lagi dan satu lagi, apelnya Kazim ada berapa?"

Kazim dengan mata berbinar bagaikan seorang pemenang dengan mantap menjawab,

"Empat bu guru..!"

Oh!  Jawaban yang membuat raut gembira sang guru seketika berubah, dan membuat mata berbinar sikecil Kazim redup tersapu kekecewaan sang guru.

"Aduh Kazim! Kenapa berbeda jawabannya? Kan soalnya sama saja? Hanya bu guru ganti buah strawberrynya dengan apel??"

Melihat sang guru sangat kecewa, dengan menundukkan kepala Kazim berucap pelan,

"Tapi Bu guru,Kazim sudah punya sebuah apel di tas."

Thursday, April 2, 2015

Ummul Banin Ibunda Abl Fadhl Abbas

Ummul Banin memasuki rumah Imam Ali as dengan kesadaran penuh bahwa sebelum dirinya, Pemimpin wanita seluruh alam, Sayyidah Fatimah az-Zahra sa tinggal di rumah tersebut. Karenanya, begitu ia melangkahkan kaki memasuki rumah, beliau bersumpah akan melayani putra-putri az-Zahra sa, selayaknya budak pada tuannya.

Para perawi meriwayatkan, saat pertama kali dibawa ke rumah Imam Ali as, al-Hasan dan al-Husain sedang sakit. Ummul Banin bersegera merawat mereka dengan penuh ketelatenan dan kecintaan. Ketulusan beliau yang luar biasa ini begitu dihargai oleh putra-putri az-Zahra sa hingga mereka selalu memberi penghormatan khusus kepada hadhrat Ummul Banin.

Empat putra beliau , Abbas, Abdullah, Ja’far dan Usman, kesemuanya syahid bersama Imam Husain as di Karbala.

Sedari kecil Ummul Banin senantiasa mewanti-wanti al-Abbas mengenai kedudukannya dengan Imam Husain as. Beliau selalu berkata,

“Perhatikanlah sikapmu terhadap al-Husain, ingatlah, ia bukan saudaramu melainkan Imam dan Tuanmu, maka selalu tundukkan kepalamu di hadapannya, dan ikutilah ia sampai ajal menjemputmu.”

Saat mendengar kabar bahwa Syimr membuka paksa hijab Sayyidah Zainab as dalam tragedi Karbala, Ummul Banin dilanda kesedihan yang luar biasa atas apa yang menimpa putri az-Zahra yang dicintainya lebih dari nyawanya sendiri itu, dengan diliputi rasa tak percaya ia berkata,

”Dimana Abbas? Bagaimana ia membiarkan hal ini terjadi? Sungguh ia bukan putraku.”

Selang beberapa saat kemudian setelah seseorang memberitahunya bahwa peristiwa itu terjadi setelah kesyahidan al-Abbas barulah Ummul Banin percaya.

Kemuliaan, ketulusan dan kecintaan beliau kepada Ahlul Bayt as, menjadikan setiap Imam suci pada zamannya memuji dan mengagungkan ibunda al-Abbas ini.