Monday, July 29, 2013

AKU TELAH MENANG ! DEMI TUHAN KA'BAH !



AKU TELAH MENANG! DEMI TUHAN KA’BAH!

Malam 19 Ramadhan, Imam berbuka di rumah Sayyidah Ummu Kultsum, Di bulan Ramadhan kali ini, Imam sering berbuka puasa di rumah putra-putrinya secara bergantian, terkadang di rumah Imam Hasan as, terkadang di rumah Imam Husain as, di rumah Sayyidah Zainab atau di rumah Sayyidah Ummu Kaltsum.

Usai berbuka, Imam kemudian shalat dan berdo’a. Imam terus menerus melaksanakan sholat, bersujud dan bermunajat. Berkali-kali pula Imam memandang bintang-bintang yang berkerlap kerlip di langit dan berkata,

“ Sungguh, aku tidaklah berbohong, tidak pula memberi pernyataan yang keliru, malam ini adalah malam yang telah dijanjikan untukku.”

 Imam meneruskan ibadahnya, membaca surah Yasin, sesaat kemudian mengucap,

“ Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un”  beberapa kali pula beliau mengucapkan,  “ La haula wa la quwwata illa billahi al ‘aliyyil ‘adhim. ”  “ Ya Allah, jadikanlah kematian sebagai keberuntungan bagiku.”

Sayyidah Ummu Kultsum yang melihat  ayahandanya  seperti gelisah , bertanya,

“ Oh Ayah, Ayah tampak gelisah hari ini.”

Imam Ali menjawab pertanyaan putrinya , Sayyidah Ummu Kultsum,

“ Akhirat ada di hadapanku, aku akan menemui Tuhanku.”

Mendengar jawaban ayahandanya, air mata menggenang di pelupuk mata Sayyidah Ummu Kultsum,
“ Ayah, janganlah pergi ke Masjid hari ini. ada Ju’dah bin Hubayrah, mintalah ia untuk mengimami shalat.” Ucap Sayyidah Ummu Kultsum berusaha mencegah kepergian Imam.

Imam melihat kesedihan Sayyidah Ummu Kultsum, beliau berkata,

“ Putriku, tak ada yang bisa menghindar dari takdir yang telah ditetapkan Allah.”

Malam sudah menjelang fajar, Muazzin,  ibn Tabaj memberi tahukan bahwa waktu shalat shubuh hampir tiba. Imam beranjak dari Rumah Sayyidah Ummu Kultsum menuju masjid kufah.

Sampai di pekarangan rumah, Angsa-angsa peliharaan yang ada disana tiba-tiba bersuara keras, hewan-hewan ini seperti berebut menghalangi Imam Ali  keluar dari halaman rumah, mereka seolah berusaha menghadang Imam sambil mengepak-ngepakkan sayapnya , atau bahkan seperti menarik-narik ujung jubah Imam dengan terus bersuara keras.

Salah seorang yang bersama Imam maju ingin menyingkirkan angsa-angsa tersebut, namun Imam melarangnya.

“ Biarlah, sebentar lagi, teriakan-teriakan ini akan disusul oleh tangisan.” ucap beliau.

Imam Hasan atau Sayyidah Ummu Kultsum yang berada di sana berkata,

“ Wahai Ayah, apa yang kau katakan?

“ Ini adalah kebenaran yang terucap dari mulutku.” jawab Imam

Kemudian beliau memandang Sayyidah Ummu Kultsum dan berkata,

“ Wahai Putriku, burung-burung ini tak bisa berbicara, peliharalah dan beri mereka makan, jika kau tak sanggup melakukannya, maka lepaskanlah mereka, sehingga mereka bebas berkeliaran di atas bumi untuk mencari makan.”

Sayyidah Ummu Kultsum memandang kepergian Imam dengan linangan air mata, Imam Hasan yang  hendak menemani beliau waktu itu, tak diizinka oleh Imam. Beliau kemudian bergegas menuju masjid, meneriakkan panggilan shalat, bahkan membangunkan beberapa orang yang tertidur untuk melaksanakan shalat, diantaranya Abdurrahman ibn Muljam.

Saat Imam tengah mengimami  shalat, Abdurrahman bin Muljam, yang telah merencanakan pembunuhan terhadap Imam jauh-jauh hari sebelumnya segera  mengambil kesempatan itu. Ia memukulkan pedangnya yang telah diolesi racun yang sangat kuat ke kepala Mulia Imam Ali as.

Seketika kepala itu retak dan berlumuran darah. membasahi wajah dan janggut mulia Imam.

“ Dengan nama Allah, dan di atas agama Rasulullah, AKU TELAH MENANG, DEMI 
TUHANNYA KA’BAH. Wahai sekalian manusia, putra si Yahudi ibn Muljam, telah membunuhku.”