Imam Mahdi afts...Kelahiran dan Keghaiban
Imam Mahdi (as) lahir pada tanggal lima belas (15) Sha'ban pada tahun dua ratus lima puluh lima (255) setelah Hijrah. Kelahirannya dirahasiakan karena penguasa saat itu berusaha keras untuk membunuhnya jika beliau sampai ditemukan dalam keadaan hidup.
Demikian pula, Kekhalifahan Abbasiyah saat itu sangat menyadari bahwa Imam Hasan Al-Askari, Imam yang ke-11, akan mempunyai seorang anak, yang akan menjadi Imam terakhir, yang akan mengalahkan semua kebatilan dan memenuhi dunia ini dengan kebenaran.
Nabi Muhammad saww bersabda mengenai kelahiran Imam Mahdi (as) "Dunia tidak akan berakhir sampai seorang pria dari keturunan Husain menguasai urusan dunia dan mengisinya dengan kebenaran dan keadilan setelah sebelumnya diisi dengan ketidakadilan dan tirani."
Keghaiban Sughra
Pada usia lima tahun, setelah kesyahidan tragis ayahandanya, Imam ke-11, Imam Hasan al-Askari, Imam Mahdi mengalami keghaiban kecil atau keghaiban sughra. Selama periode ini, Imam Mahdi (as) melakukan kontak dengan para pengikutnya melalui wakil yang ditunjuk.
Keghaiban Kubro
Keghaiban sughra berlangsung selama sekitar enam puluh sembilan tahun. Beberapa hari sebelum meninggalnya wakil keempat dan terakhirnya, Imam Mahdi (as) memberi tahu para pengikutnya, melalui wakilnya, bahwa tidak akan ada lagi wakil setelah kematian wakilnya yang sekarang, dan setelah periode ini Imam Mahdi (as) akan pergi menjalani Keghaiban Besar (Kubro), yang akan berlanjut sampai hari Allah (SWT) memberikan izin kepada Imam Mahdi (as) untuk muncul lembal.
Selama periode ini, tidak ada yang bisa mendekati Imam Mahdi (as) melalui para wakil atau melalui kontak langsung. Berkaitan dengan lamanya dan pentingnya periode ini, Nabi Muhammad (saw) pernah ditanya tentang sifat kemunculan kembali Imam Mahdi. Dalam jawabannya, Nabi Suci menyamakan waktu kemunculan kembali Imam Mahdi dengan Hari Kiamat dan kemudian diriwayatkan ayat Alquran;
“Tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Hal itu amat berat bagi yang di langit dan di bumi. Hal itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". (Al Qur'an, 7: 187).
Imam Mahdi selama Keghaiban
Kemudian muncul pertanyaan sehubungan dengan periode khusus ini,"Lalu apa manfaat dari seorang Imam bagi para pengikutnya selama keghaiban?"
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus menyadari bahwa posisi dan peran seorang Imam tidak hanya untuk mengatur urusan dan kebutuhan umat Islam, melainkan ia adalah yang menghubungkan antara manusia dan Tuhan, hubungan antara materi dan dunia spiritual. Selain itu, ada atau tidak ada kehadiran fisiknya tidak berhunungan dengan posisi beliau dalam hal peran ini.Hal ini disampaikan oleh Imam Mahdi (as) sendiri;
'Kedudukanku (bagi masyarakat ) selama keghaiban adalah mirip dengan matahari ketika ia menghilang dari pandangan dan berada dibalik awan.'
Rasulullah Saw bersabda mengenai Imam Mahdi afts, ‘Memang benar, sumpah demi Allah Swt yang telah mengutusku sebagai nabi! Umat manusia mendapat keuntungan darinya dan dari cahaya wilayahnya pada masa gaib sebagaimana mereka mendapat keuntungan dari matahari kala berada di balik awan.”
Imam Mahdi (as) lahir pada tanggal lima belas (15) Sha'ban pada tahun dua ratus lima puluh lima (255) setelah Hijrah. Kelahirannya dirahasiakan karena penguasa saat itu berusaha keras untuk membunuhnya jika beliau sampai ditemukan dalam keadaan hidup.
Masa kelahirannya saat itu, sangat mirip dengan Nabi Musa (as) yang juga saat ibunya mengandung, penguasa saat itu, Fir’aun, berusaha membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir, karena Firaun sangat percaya ramalan bahwa seorang anak akan dilahirkan untuk mengalahkannya dan aturan jahatnya.
Demikian pula, Kekhalifahan Abbasiyah saat itu sangat menyadari bahwa Imam Hasan Al-Askari, Imam yang ke-11, akan mempunyai seorang anak, yang akan menjadi Imam terakhir, yang akan mengalahkan semua kebatilan dan memenuhi dunia ini dengan kebenaran.
Nabi Muhammad saww bersabda mengenai kelahiran Imam Mahdi (as) "Dunia tidak akan berakhir sampai seorang pria dari keturunan Husain menguasai urusan dunia dan mengisinya dengan kebenaran dan keadilan setelah sebelumnya diisi dengan ketidakadilan dan tirani."
Keghaiban Sughra
Pada usia lima tahun, setelah kesyahidan tragis ayahandanya, Imam ke-11, Imam Hasan al-Askari, Imam Mahdi mengalami keghaiban kecil atau keghaiban sughra. Selama periode ini, Imam Mahdi (as) melakukan kontak dengan para pengikutnya melalui wakil yang ditunjuk.
Keghaiban Kubro
Keghaiban sughra berlangsung selama sekitar enam puluh sembilan tahun. Beberapa hari sebelum meninggalnya wakil keempat dan terakhirnya, Imam Mahdi (as) memberi tahu para pengikutnya, melalui wakilnya, bahwa tidak akan ada lagi wakil setelah kematian wakilnya yang sekarang, dan setelah periode ini Imam Mahdi (as) akan pergi menjalani Keghaiban Besar (Kubro), yang akan berlanjut sampai hari Allah (SWT) memberikan izin kepada Imam Mahdi (as) untuk muncul lembal.
Selama periode ini, tidak ada yang bisa mendekati Imam Mahdi (as) melalui para wakil atau melalui kontak langsung. Berkaitan dengan lamanya dan pentingnya periode ini, Nabi Muhammad (saw) pernah ditanya tentang sifat kemunculan kembali Imam Mahdi. Dalam jawabannya, Nabi Suci menyamakan waktu kemunculan kembali Imam Mahdi dengan Hari Kiamat dan kemudian diriwayatkan ayat Alquran;
“Tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Hal itu amat berat bagi yang di langit dan di bumi. Hal itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". (Al Qur'an, 7: 187).
Imam Mahdi selama Keghaiban
Kemudian muncul pertanyaan sehubungan dengan periode khusus ini,"Lalu apa manfaat dari seorang Imam bagi para pengikutnya selama keghaiban?"
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus menyadari bahwa posisi dan peran seorang Imam tidak hanya untuk mengatur urusan dan kebutuhan umat Islam, melainkan ia adalah yang menghubungkan antara manusia dan Tuhan, hubungan antara materi dan dunia spiritual. Selain itu, ada atau tidak ada kehadiran fisiknya tidak berhunungan dengan posisi beliau dalam hal peran ini.Hal ini disampaikan oleh Imam Mahdi (as) sendiri;
'Kedudukanku (bagi masyarakat ) selama keghaiban adalah mirip dengan matahari ketika ia menghilang dari pandangan dan berada dibalik awan.'
Rasulullah Saw bersabda mengenai Imam Mahdi afts, ‘Memang benar, sumpah demi Allah Swt yang telah mengutusku sebagai nabi! Umat manusia mendapat keuntungan darinya dan dari cahaya wilayahnya pada masa gaib sebagaimana mereka mendapat keuntungan dari matahari kala berada di balik awan.”